cara membuat bibit jamur tiram f2
Sarannya bagi pemula tidak dianjurkan membuat bibit sendiri karena memang cukup rumit. Beli saja baglog yang sudah jadi, lalu kembangkan hingga menumbuhkan jamur tiram. Berikut ini tahapan-tahapan yang harus Anda lewati saat ingin membuka budidaya jamur tiram. Pahami, cermati dan ikuti tahapannya. 2.
Oke pada artikel kali ini saya akan mencoba menjelaskan kepada kalian tentang bagaimana cara membuat bibit F-0 jamur tiram. F2, F3 dan seterusnya. Untuk membuat bibit F0 ini berbeda dengan membuat bibit F1,F2 dan F3 karena pada bibit F0 kita menggunakan media tanam yang di sebut dengan Media PDA (Potato dextrose agar).
1 Benang misilium bibit jamur berwarna putih bersih dan halus 2. Tidak ada kontaminasi sedikitpun 3. Berbahan./media utama PDA untuk kultur murni (F0) 4. Berbahan/media utama biji-bijian untuk F1 dan F2 (sangat di utamakan dengan media JAGUNG) 5. Bibit tidak terlalu muda dan tidak terlalu tua 6. Perhatikan kepala tutup botol bibit harus
JamurTiram (Pleurotus ostreatus) Komposisi medium jamur tiram dapat dikategorikan menjadi 4 jenis, yaitu: - Medium Potato Dextrose Agar untuk bibit F0 Medium Potato Dextrose Agar (PDA) merupakan medium umum yang dipergunakan untuk memelihara kultur murni Jamur Tiram (bibit F0). Bahan untuk membuat medium PDA antara lain: 200 gr Kentang 20 gr
Bibitsebar (f3) adalah bibit hasil turunan bibit pokok (f2), yang nantinya akan ditebar/ditanam pada baglog jamur tiram. Cara membuatnya sama dengan membuat bibit pokok (f2) jamur tiram, yaitu bisa dengan media biji-bijian atau media serbuk kayu. Berikut cara membuat bibit sebar jamur tiram.
chất liệu văn hóa dân gian trong đất nước. Apa itu Bibit Jamur Tiram F0, F1 dan F2 Secara Garis besar ini adalah gambaran pembiakan bibit pada budidaya jamur tiram Indukan P – F0 – F1 – F2 Huruf “F” dalam dunia genetika disebut dengan Filial. Filial adalah hasil turunan dari persilangan/perkawinan indukan “P” Parental yang berbeda jenis. Hasil turunan ini nantinya disebut dengan F0, F1, F2 dan seterusnya. Walaupun pada umumnya pembuatan bibit jamur tiram hanya sekedar turunan’ tanpa persilangan, namun tetap saja kita bisa katakan bahwa hasil pembuatan bibit jamur tiram kita sebut sebagai F0, F1, F2, dst. Hal ini sebenarnya penyederhanaan hanya untuk mempermudah identifikasi hasil saja. Bibit Jamur Tiram F0 Bibit F0 dapat diperoleh dengan menggunakan sistem kultur jaringan, yaitu mengambil eksplan bagian dari induk jamur yang kemudian diinokulasikan ke media PDA secara aseptik. Cara ini terbukti cukup baik karena dapat diketahui langsung sifat fisik dan kualitas jamur indukan. PDA atau kepanjangan dari Potatoes Dextrose Agar. Untuk detail cara pembuatannya dapat dilihat di halaman Cara Pembuatan Bibit Jamur Bibit Jamur Tiram F1 Bibit F1 merupakan turunan dari bibit F0. Dari satu tabung F0 bisa diturunkan menjadi sekitar 20 botol bibit F2. Pembiakan ini bertujuan memperbanyak miselium jamur yang berasal dari indukan murni. Dari PDA dimasukkan ke media-media tanam seperti biji-bijian jagung atau sorghum. Biasanya kemasan yang digunakan adalah botol. Bibit Jamur Tiram F2 Bibit F2 merupakan turunan dari bibit F1. Media yang yang digunakan pada bibit F2 biasanya campuran milet dan serbuk gergaji, atau campuran sorghum dengan serbuk gergaji. Pembiakan ini juga bertujuan memperbanyak misellium dari bibit F1. Selanjutnya bibit jamur F2 yang sudah jadi bisa digunakan untuk pembibitan hingga 20-30 baglog F3 disesuaikan dengan ukuran baglog yang digunakan. Nah, setelah Anda lebih mengetahui tentang istilah-istilah bibit jamur di atas maka kami yakin kini anda sudah paham pula tentang pentingnya memilih bibit jamur yang berkualitas. Kita tentu bisa lebih hati-hati dalam membeli bibit jamur tiram, apakah itu jenis F0, F1, F2, atau F3. Tidak perlu khawatir, kami dari Mushome membuat bibit- bibit berkualitas yang siap dikirimkan ke tempat Anda. Berikut foto bibit dan daftar harganya Untuk pemesanan, dapat menghubungi WA kami 0895347020357 Login
Bibit induk F2 adalah hasil turunan generasi dari bibit F2. Media yang digunakan bisa dari serbuk gergajian, jagung, sorgum, kedelai, gabah, dan beberapa bahan di Indonesia pada umumnya menggunakan media jagung dan media gabah untuk membuat bibit induk F2. Khusus pembahasan kali ini kita menggunakan media jagung. Media ini dipilih karena mudah didapatkan, harganya cukup murah, dan kualitas bibit induk F2 yang dihasilkan sangat baik. Pada bibit induk F2, diinokulasikan agar-agar dari bibit F2 untuk mengembangkan miselium tersebut pada media jagung. Bibit induk yang dihasilkan disini nantinya akan dikembangkan atau diturunkan ke media baglog jamur tiram. 1. Bahan Yang Diperlukan Untuk Pembuatan Bibit Induk F2 Untuk membuat bibit Induk F2 bisa menggunakan biji-bijian jagung, gabah/padi, kedelai, atau gandum. Adapun beberapa persyaratan bahan yang baik untuk dibuat bibit induk F2 adalah sebagai berikut 1. Masih baru. Kondisi jagung yang akan dipakai tidak boleh sudah terlalu lama dari pemanenan. 2. Pilih dengan benar kualitas jagung, kalau bisa hanya sedikit saja jagung yang rusak/pecah, usahakan sebagian besar utuh. 3. Tidak terdapat kontaminasi dari jamur atau yang lain 4. Tidak terdapat hama seperti ulat dan lainnya 5. Secara visual kondisi jagung yang berkualitas akan tampak kuning, utuh. Pada umumnya jagung dibeli di pasar. Janganlah memilih untuk membeli jagung dengan harga yang murah yang biasanya kondisinya banyak yang pecah dan digunakan untuk pakan ternak seperti ayam. Tentunya kondisi jagung yang dibeli di pasar ini masih dalam kondisi keras, karena hasil dari proses pengeringan dengan cara dijemur. Untuk itulah nantinya dalam proses pembuatan diperlukan proses perendaman. Kita tidak perlu berhemat-hemat dengan membeli jagung kualitas rendah di sini, karena toh untuk membuat bibit F2 berkualitas, harganya tidak mahal. Dengan hanya 5kg jagung, InsyaAllah sudah bisa dibuat sekitar 40 botol bibit induk F2, dan ini sudah sangat cukup. Andai harga jagung itu per kg, berarti biaya pembelian jagung hanya Rp. saja kog.. Padahal di tempat kami, jagung yang cukup baik kualitasnya harganya sekitar Rp. 5000,- per kg saja. 2. Peralatan yang diperlukan Dalam membuat bibit induk F2, diperlukan peralatan-peralatan yang cukup mudah untuk didapatkan. Peralatan-peralatan tersebut antara lain adalah a Botol bekas saus b Kompor Bunzen c Stik atau batang yang terbuat dari stainless steel agar steril d Kotak pembibitan sederhana e Karet pentil / karet gelang yang ukuran kecil saja f Koran yang dipotong kurang lebih 7cm x 7 cm g Ember plastik untuk merendam jagung h Tempayan bambu yang digunakan pada proses penirisan i Autoclave atau panci bertekanan j Dan tentu saja yang harus disiapkan adalah F1 yang berkualitas 3. Tata cara Rekayasa Pembuatan Bibit Induk F2 Pembuatan bibit induk F2 dibagi dalam beberapa langkah sebagai berikut 1. Mencuci jagung Jagung yang akan digunakan dalam pembuatan bibit harus dicuci terlebih dahulu, pada proses ini selain dicuci, dilakukan juga proses pemisahan antara jagung yang baik dan jagung yang kurang baik. Caranya dengan merendam sejenak jagung tersebut di dalam air, jagung yang mengapung adalah jagung yang kurang baik, segera pisahkan dan dibuang, selain itu jika ditemukan jagung yang terdapat lubang bekas ulat, segera dibuang dan dipisahkan. 2. Merendam jagung Jagung yang sudah dicuci tersebut selanjutnya direndam di dalam air bersih dengan takaran kurang lebih 2 liter per 1kg jagung. Proses perendaman ini berlangsung kira-kira 48 jam. Tujuannya adalah untuk menambahkan kadar air ke dalam jagung yang masih keras tersebut. Kadar air ini sangat penting dalam proses pembentukan miselium F2 nantinya. Banyak yang menyepelekan proses perendaman ini, yang sebenarnya di sinilah letak kunci keberhasilan yang penting dalam pembuatan bibit induk F2. Merendam jagung ini hendaknya menggunakan air yang bersih. 3. Merebus jagung Jagung yang telah direndam selama kurang lebih 48 jam tersebut kemudian dicuci lagi hingga bersih. Lalu masukkan ke dalam panci dan rebuslah selama kurang lebih 20-30 menit. Tidak ada patokan waktu dalam perebusan ini, karena sangat tergantung ukuran dari jagung itu sendiri. Untuk jagung berukuran kecil, biasanya proses perebusan akan lebih lama. Ukuran jagung yang sedang dan besar biasanya hanya memerlukan waktu sekitar 20menit saja. Proses perebusan jagung adalah hingga butiran jagung sudah cukup lunak /empuk, namun belum sampai pecah merekah. Selama proses perebusan, hendaknya selalu diperiksa kadar kelunakan dari jagung itu. Ini sangat penting agar jangan sampai jagung masih terlalu keras. Namun juga harus diperhatikan timing / waktu perebusan, jangan sampai jagung terlalu lunak atau sudah pecah merekah. Ini artinya terjadi overcook yang dikhawatirkan akan menimbulkan kontaminasi nantinya. Fungsi dari merebus jagung ini selain untuk melunakkan jagung, juga untuk menambah kadar air yang terkandung di dalam jagung nantinya. Kadar air ini sangat penting dalam perkembangan miselium. Kebanyakan kegagalan/kontaminasi diakibatkan kurangnya kadar air. 4. Meniris Hasil Rebusan Jagung Setelah direbus, tiriskan sejenak saja jagung tersebut selama kurang lebih 5-10 menit. Tujuannya hanya untuk mengurangi air rebusan dan rendaman. Penirisan tidak boleh terlalu lama, lalu segera masukkan ke dalam botol. 5. Memasukkan Jagung Ke Dalam Botol Setelah direbus, tiriskan sejenak saja jagung tersebut selama kurang lebih 5-10 menit. Tujuannya hanya untuk mengurangi air rebusan dan rendaman. Penirisan tidak boleh terlalu lama, lalu segera masukkan ke dalam botol. Jangan lupa semprot tangan dengan alkohol terlebih dahulu. 6. Sterilisasi menggunakan autoclav Masukkan botol ke dalam autoclav, lalu sterilkan pada tekanan 1,5Bar – 2Bar selama kurang lebih 20menit. Dalam proses sterilisasi ini tidak boleh terlalu lama yang akan menyebabkan jagung tersebut gosong dan kering. Jika proses sterilisasi terlalu lama, akan menyebabkan struktur nutrisi yang terkandung di dalam jagung untuk penumbuhan miselium menjadi rusak, inilah yang menyebabkan salah satu kegagalan nantinya. 7. Inokulasi bibit F1 ke F2 Setelah proses sterilisasi, masukkan botol ke dalam kotak pembibitan sederhana atau laminar air flow. Biarkan sampai cukup mendingin. Kira-kira sekitar 3-5jam. Jika jagung masih terlalu panas, jangan dipaksakan untuk melakukan proses inokulasi, hal ini dapat menyebabkan kegagalan. Visualisasi dari langkah inokulasi ini adalah sebagai berikut a Persiapan / preparation media jagung, bunzen, stik stainless, koran b Panaskan terlebih dahulu stick stainless pada api bunzen secara merata c Panaskan pula sejenak bibit F1 yang akan digunakan untuk menginokulasi media jagung menjadi bibit induk F2. d Panaskan menggunakan panas dari api bunzen secara merata di permukaan dan di mulut botol itu masukan kedalam botol bibit F2 e Biasanya dalam satu botol bibit F1 ini bisa dibagi menjadi kurang lebih 40 botol. f segera tutup botol dengan kertas koran lalu ikat dengan karet. Ingat!! Koran yang digunakan sebagai penutup disini harus sudah disterilkan pula di dalam autoclav. Untuk memastikan tingkat sterilnya, boleh juga denganmenyemprot koran terlebih dahulu menggunakan alkohol 96%./70%. Dalam menutup botol hasil inokulasi, bisa menggunakan kapas, bisa menggunakan kertas koran, bisa juga menggunakan kertas lilin coklat yang biasanya untuk bungkus umum kebanyakan pebudidaya menggunakan tutup kertas koran proses inokulasi selesai, simpan dengan baik bibit induk F2 di tempat yang bersih, steril, dan stabil suhu dan kelembabannya. Yang termudah adalah diletakkan di dalam lemari yang bersih. Untuk menjamin kebersihannya, semprot terlebih dahulu tempat penyimpanan menggunakan alkohol 96%. 4. Tips dan hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pembuatan F2 Dalam pembuatan bibit F2, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan untuk lebih meningkatkan probabilitas dan keberhasilannya. Terkadang hal-hal tersebut terkesan sepele dan sederhana, namun besar sekali pengaruhnya terhadap kualitas bibit induk F2 yang dihasilkan nantinya. Tips-tips tersebut antara lain adalah a Pemilihan jagung yang digunakan sebagai media F2. Jagung yang dipilih hendaknya berkualitas bagus dan dalam kondisi masih baru. Hindari pemilihan jagung yang sudah lama atau timbunan di pasar. Ukuran jagung besar dan kecil sebenarnya tidak mempengaruhi kualitas F2. Namun menggunakan jagung dengan ukuran yang tanggung dan besar lebih mudah dari pada yang ukuran kecil. Mudah ini dalam artian mengatur kadar air yang pas. Jika jagung ukuran besar hanya perlu direndam kurang lebih 2 hari, maka jagung yang ukuran kecil memerlukan waktu hingga 4 hari dalam perendamannya. b Proses pembersihan jagung harus selalu dilakukan sebelum melakukan perendaman, di sini fungsi dari pembersihan adalah sekaligus memisahkan jagung yang kondisinya jelek. Biasanya dalam pembersihan, jika terdapat jagung yang jelek akan mengapung, segera pisahkan. c Dalam merebus jagung, periksa terus tingkat kematangan/ tingkat kelunakan dari jagung tersebut. Lama perebusan adalah dalam kisaran 20 menit hingga 30 menit. Jika kondisi jagung sudah pecah, atau mengelupas, ini berarti kondisinya terlalu lama dalam perebusan. d Pada proses penirisan, hendaknya tidak terlalu lama maksimal 10 menit, karena jika terlalu lama, dikhawatirkan kadar airnya berkurang. Namun juga harus diperhatikan jangan sampai kadar air yang terkandung berlebih. e Pada proses sterilisasi, jika menggunakan panci presto biasa, karena tidak ada alat pengukur tekanannya, bisa diasumsikan tingkat tekanan yang ada adalah sekitar 0,75Bar. Lama sterilisasi jika menggunakan panci presto biasa adalah kurang lebih 30-40menit. Jika menggunakan autoclav, sterilisasi dilakukan pada tekanan 1,5 – 2BAR selama kurang lebih 20menit. Media jagung adalah media dengan nutrisi murni bukan campuran, dan pada saat sterilisasi, kondisinya sudah lunak, jika terlalu lama pada autoclav maka akan merusak struktur nutrisi dan kandungan kadar air pada jagung. Hasil jagung setelah proses sterilisasi adalah masih berwarna kuning kecoklatan, Namun bukan coklat gosong. f Pada saat inokulasi, pastikan kondisi jagung sudah cukup mendingin, yaitu kurang lebih selama 4-5jam sejak dikeluarkan dari autoclave g Proses inokulasi harus dilakukan di dalam kotak pembibitan sederhana atau didalam laminar air flow. h Penyimpanan bibit induk F1 setelah inokulasi haruslah di tempat yang bersih dan steril 5. Kegagalan dalam pembuatan bibit induk F2 dan antisipasinya Dalam rekayasa penurunan bibit F1 ke bibit induk F2 terkadang dijumpai kegagalan. Pada umumnya kegagalan yang adalah kontaminasi atau bibit F1 yang tidak mau menjalarkan miselium pada media analisa kegagalan tersebut yang paling sering adalah disebabkan oleh halhal sebagai berikut 1. Kualitas jagung yang kurang baik. Sebaiknya selalu memilih jagung dengan kualitas baik dan dalam kondisi baru. Hindari memilih jagung yang sudah tertimbun lama dan sudah banyak kutu nya. Pilih jagung yang utuh, jangan yang banyak mengandung jagung pecah dan berlubang. 2. Kurangnya perendaman. Lama perendaman setelah proses pencucian sebaiknya minimal 2x24jam. Fungsi perendaman ini adalah untuk menambah kadar air pada media jagung. Jika jagung langsung dilakukan perebusan tanpa merendam terlebih dahulu, biasanya masih kurang mengandung kadar air. Kadar air yang kurang menyebabkan penjalaran miselium kurang sempurna dan menimbulkan kontaminasi pada akhirnya. 3. Terlalu lama dalam perebusan sehingga banyak jagung yang kondisinya pecah dan terbuka. Atau sebaliknya kurang lama merebus, sehingga masih terlalu keras. 4. Proses sterilisasi yang tidak tepat. Dalam hal ini, bisa jadi sterilisasi kurang, sehingga belum cukup mematikan bakteri yang ada, atau malah sterilisasi pada autoclave yang berlebihan yang menyebabkan jagung menjadi gosong sehingga struktur nutrisi pada jagung untuk penumbuhan miselium menjadi kurang baik. 6. Bibit F1 yang mengandung kontaminan, sehingga menyebabkan kegagalan pada penurunan bibit F2. Untuk itu hendaknya selalu dipilih bibit F1 dengan kualitas terbaik. 7. Proses inokulasi yang kurang steril. Untuk itu selalu perhatikan tingkat kebersihan tempat, bahan, dan alat yang digunakan pada proses inokulasi bibit F1 ke media F2 untuk menjamin tingkat keberhasilannya. 8. Tempat penyimpanan / storage bibit F2 yang kurang memadai. Dalam menyimpan bibit induk F2 hendaknya pada tempat yang bersih dan steril pula. Jika terdapat kontaminasi pada satu atau beberapa botol bibit F2, segera pisahkan dan dibuang, karena jika dibiarkan, biasanya dapat menular ke botol bibit F2 lainnya. 6. Memahami perkembangan miselium bibit induk F2 Perkembangan miselium pada bibit induk F2 dimulai dari berkembangnya miselium pada inokulan bibit F1 pada media jagung, lalu jika media jagung yang dibuat sesuai dan pas pada kondisi untuk mengembangkan miselium dari bibit F1 tersebut, maka secara perlahan akan terjadi perambatan miselium hingga menyelimuti seluruh permukaan jagung pada botol F2. Proses perkembangan miselium pada bibit induk F2 ini perlu diperhatikan agar kita dapat mengetahui durasi mulai awal pembentukan miselium hingga mencapai 100% pada bibit induk F2. Durasi ini nantinya penting dalam penyusunan jadual kerja manajemen pembibitan yang terkait dengan jadual kerja pada budidaya jamur tiram putih. Secara detil, perkembangan miselium yang normal pada bibit induk F2 dapat diperhatikan pada ilustrasi berikut ini 1. Masa krusial atau masa terpenting pada perkembangan miselium dari bibit F1 adalah pada 3 hari pertama. Pada 24 jam setelah dilakukan proses inokulasi, biasanya pada bibit F1 akan mulai terselimuti benang-benang hifa. 2. Selanjutnya pada hari ke-3 benang hifa tersebut akan merambatkan miselium pada media jagung pada bibit induk F2 yang ada. Perkembangan miselium pada 5-7 hari pertama akan tampak seperti rambatan miselium yang telah mencapai sekitar 30% tersebut seperti tipis dan halus. Ini sebenarnya normal saja. 3. Setelah mencapai 10 hari, biasanya miselium telah merambat hingga 70%, disini miselium yang terbentuk sudah mulai menebal. 4. Miselium akan mencapai kondisi 100% dalam waktu kurang lebih 15-20 hari tergantung ukuran dari jagung. Untuk jagung ukuran kecil, biasanya rambatan miselium lebih lambat daripada jagung berukuran besar.
bekerja pada budidaya jamur tiram, jamur tiram tidak memiliki benih. Benih jamur tiram anak benih dan jamur lain adalah tidak mudah diperoleh di mana-mana tempat. Untuk menanam jamur tiram ini adalah bagaimana untuk membuat benih. * SEED tiram jamur F1 Proses pertama mengambil langsung dari orang tua spora jamur / jamur yang tumbuh. Jamur satu Tiram dewasa Putih memiliki bilah banyak. Di dalam bilah yang dimasukkan bagian disebut Basidia. Basidia mengandung spora yang juga dikenal sebagai Basidiospore. Fungsi spora adalah untuk menjadi ayah. Media yang digunakan untuk memproduksi budidaya penggunaan jamur murni Kentang mengecap Dextrose PDA yang bisa dibeli dalam bentuk yang tersedia untuk digunakan. Benih F1 dari tabung satu bisa digunakan untuk medium budidaya jamur tiram. Tiram jamur SEED * F2 Benih tiram jamur F2 dalam ebsite lain beberapa memanggil ia F1, F2 yang saya bicarakan dalam situs ini adalah hasil yang diperoleh dari hibrida F1. F1 dari satu tabung bisa diturunkan ke 60 botol benih F2. Fase kedua bertujuan untuk meningkatkan reproduksi miselium jamur dari budaya murni. PDA dimasukkan ke dalam bijian sederhana, bahan dalam bentuk gandum, sekoi dan jagung. Pengemasan botol bekas. +++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++++ Apabila anda mengalami kesulitan untuk membuat bibit jamur tiram, kami menyediakan bibit F3 tiram, merang, kuping dan lingzhi hubungi kami di 0274-9260031, 085228889824. Buka web kami di ================================================================ * SEED tiram jamur F3 F2 benih jamur tiram diturunkan sekali lagi untuk jamur tiram benih F3. media yang digunakan yang sama digunakan dalam F2. Reproduksi fase ketiga ini bertujuan untuk berkembang biak misellium dari benih F2. Benih F3 jamur yang bisa digunakan untuk reproduksi kemudian di media yang berkembang baglog sampai 30 baglog. * MENANAM MEDIA F4 baglog Tingkat keempat bertujuan untuk meningkatkan reproduksi miselium jamur yang diperoleh dari membiak tingkat kedua. Budaya media adalah berbeda dari media budaya sebelumnya, karena budaya media yang terkait dengan tingkat ketiga medium penanaman di kumbung. Bahan dalam bentuk melihat debu papan, Dedek bran beras, kapur, gipsum, tepung jagung, dan air. Media dengan campuran debu papan dan benih yang dianggap lebih baik karena mengandung unsur-unsur yang dibutuhkan jamur lebih lengkap.
Posted on Juli 10, 2011 by Rachmatullah Anda ingin membuat bibit F1 atau bibit F2 jamur tiram? sebetulnya cara pembuatannya sangat mudah, tidak jauh berbeda dengan membuat baglog jamur tiram. Aku yakin kalau Anda sudah bisa membuat baglog jamur tiram, pasti membuat bibit F1 jamur tiram juga akan mudah. Hal yang perlu Anda ketahui sebelum membuat bibit jamur tiram yaitu bahwa bibit sangat menentukan tahap-tahap selanjutnya. Bila Anda membuat bibit F1 jamur tiram, maka tahap pembuatan F2 jamur tiram, pembuatan baglog jamur tiram atau bahkan perawatan saat growing dipengaruhi kualitas bibit F1 jamur tiram tersebut. Tentu menulis artikel “Pembuatan Bibit F1 dan bibit F2 Jamur Tiram” ini sangat mudah bila dibandingkan praktek membuat bibit jamur itu sendiri. Jadi Aku Harap Anda tetap berlatih mengasah keterampilan inokulasi Anda. Jangan protes kalau tidak bisa yah.. 🙂 Baiklah, aku mulai prosedur pembuatan bibit jamur tiramnya Langkah awal, persiapkan dulu alat-alatnya. Standarnya, alat-alat yang dibutuhkan untuk membuat bibit jamur tiram yaitu Autoklaf, Laminar Air Flow Cabinet LAFC, tabung dan gelas ukur, alat-alat tanam, bunsen dan keranjang-keranjang. Alat-alat ini ideal untuk membuat bibit, tapi tentu saja harganya selangit… Autoklaf Aku coba baca isi pikiran Anda… Aha… Anda ingin yang skala rumah tangga yah?? Baiklah, Berikut ini alat-alat yang bisa digunakan untuk membuat bibit jamur skala rumah tangga Presto, alat ini sebagai penganti autoklaf. sebenernya kalau Anda bisa beli autoklaf bekas, tetap akan lebih baik memakai autoklaf. Enkas atau wadah kaca, alat ini sebagai pengganti LAFC. Mudah kok cara membuatnya. Anda bisa gunakan akuarium sebagai enkas. Atau bila Anda pernah punya anak atau lihat bayi tetangga yang baru lahir tentu tahu baby box yang di rumah sakit untuk bayi prematur, buatlah desainnya seperti itu. Tabung dan gelas ukur, kalau yang ini tidak bisa diganti yah, beli saja 1 atau 2 sudah cukup untuk selamanya kalau tidak pecah hehehe…. Tabung gelas ini digunakan untuk menakar bahan, tapi… tampaknya alat-alat ini tidak diperlukan untuk pembuatan bibit F1 dan F2 jamur tiram deh. Kalau membuat bibit PDA sih iya… hehehe… ya anggap saja pengetahuan 🙂 Alat-alat tanam, ini juga mutlak diperlukan! tapi cuma perlu sudip saja kok untuk membuat bibit jamur tiram. Jika Anda sudah bisa membuat baglog jamur tiram tentu punya alat ini. Lampu spiritus, alat ini sebagai penganti bunsen. Bunsen berfungsi untuk mensterilisasi spatula sebelum penetrasi ke dalam botol saat memindahkan bibit dari bahan tanam ke media calon bibit jamur tiram. Sebenarnya bunsen itu ya lampu spiritus, tapi harganya bisa 35-40rb per pcs kalau beli di toko kimia. Kalau membuat sendiri lampu spiritus dari botol bekas akan lebih murah, bahkan bisa tanpa mengeluarkan biaya… Keranjang-keranjang, ini opsional saja. Tapi dengan adanya keranjang pekerjaan Anda jadi lebih rapi dan tidak memakan tempat. Pilih keranjang yang sesuai kebutuhan, tidak harus mahal 🙂 Yup, itulah alat-alat yang harus Anda siapkan sebelum mulai membuat bibit jamur tiram. Silahkan kumpulkan dahulu sebelum aku mulai menulis artikel lagi tentang bahan-bahan yang dibutuhkan untuk membuat bibit F1 dan F2 jamur tiram. Semoga artikel ini dapat membantu, bila belum puas bisa cari lagi di google.. 🙂 Filed under Fasilitas Tagged Alat Laboratorium, Alat Sterilisasi, Autoclave Gas, bibit jamur, F1, F2, jamur tiram, Pembibitan, Sterilisasi
Apa F1 dan F2 jamur itu Sebenarnya F1 dan F2 adalah turunan dari media indukan atau ada yang menyebutnya kultur murni jamur atau bisa dibilang juga dengan SUB kultur atau SUB indukan jamur PERSIAPAN MEMBUAT MEDIA F1 dan F2 Sama seperti halnya pembuatan baglog bahan yang digunakan sama ,perbedaanya hanya pada kuantitas dari media pada F3 Baglog dan penambahan tepung biji – bijian untuk penambahan sumber nutrisi yang diserap oleh hal pembuatan media stater F1 dan F2 dilakukan dengan cara benar – benar standart pembuatan bibit pembuatan media F1 dan F2 tidak berbeda, bahan – bahan yang digunakan juga tidak ada perbedaan. MEDIA CAMPURAN FORMULA 1 Serbuk kayu/gerajen 100% + Bekatul/dedak 50% + Beras jagung 30% + Tepung beras 30% + Kalsium karbonat CaCo3 1% + Air 40% – 50% FORMULA 2 Serbuk kayu/gerajen 100% + Bekatul/dedak 50% + Beras jagung 30 % + Tepung beras 30% + Gabah padi 10% + Kalsium karbonat CaCo3 1% + Air 40% – 50% MEDIA BIJI FORMULA 1 Jagung 100% + Kalsium karbonat 1% FORMULA 2 Milet 100% + Kalsium karbonat 1% FORMULA 3 Gandum 100% + Kalsium kabonat 1% Ket masih banyak tentang refrensi media pembuatan media F1 dan F2 jamur PERALATAN PEMBUATAN F1 dan F2 JAMUR Autoclave / presto Laminer air flow kalau ada Botol ex saus Sendok pengait bibit Bunsen atau lampu spritus Plastik dipotong kecil lebih besar dari bibir botol Kertas dipotong kecil lebih besar dari bibir botol Karet Bunsen atau lampu spirtus CARA PEMBUATAN F1 dan F2 Media CAMPURAN Semua bahan yang sudah siap dicampurkan secara merata supaya bahan – bahan tersebut tercampur merata supaya hasilnya bahan yang sudah jadi dimasukkan dalam botol ex saus dengan dipadatkan,setelah botol tersebut padat lalu mulut botol ditutup dengan plastik dan dikat kuat dengan karet supaya tidak bocor .Setelah itu masukan botol tersebut dalam sterilsator autoclave/presto untuk dilakukan sterilisasi dengan tekanan 1 – 2atm dan suhu mencapai 120 derajat diamkan sampai alat pengukur turun menunjukan angka 0. CARA PEMBUATAN F1 dan F2 Media BIJI Sebelum melakukan pengolahan biji yang disediakan direndam dalam air selam 1 hari,kemudian angkat segera tiriskan. Setelah itu media biji tersebut direbus dalam panci tetapi jangan sampai matang/lembek dan tidak pecah. Angkat tiriskan untuk mengeringkan sisa kelebihan air selama 15 menit. Setelah didinginkan atau ditiskan campurkan CaCO3 kedalam media biji tersebut,aduk hingga rata. Masukkan dalam botol tutup dan ikat mulut botol dengan menggunakan plasti dan karet. Masukan kedalam sterilsato Autoclave atau presto untuk disterilisasi dengan tekanan 1- 2 atm dengan suhu 120 derajat celcius INOKULASI F1 dan F2 Inokulasi dilakukan pada ruangan tertutup dan sudah disterilkan dibesihkan .Kegiatan ini sama seperti inokulasi pada media baglog tetapi semua kegiatan penanaman bibit dari PDA Potatos Dextrosa Agar ke F1 maupun F1 ke F2 dilakukan dekat dengan tempatkan pada rak penyimpanan bibit botol Gambar F2 botol
cara membuat bibit jamur tiram f2